top of page

Secuil Kehidupan dari Dayaan

Updated: Jan 26, 2024



Padukuhan Dayaan menjadi padukuhan dengan jumlah penduduk paling sedikit di antara dukuh lainnya di Desa Botodayaan. Terdiri atas 29 Kartu Keluarga (KK) dan terbagi menjadi dua Rukun Tetangga (RT) dengan masing-masing RT berjumlah 20 KK dan 9 KK.


Masyarakat Padukuhan Dayaan didominasi oleh warga dengan usia 40 tahun ke atas. Adapun warga yang berusia 40 tahun ke bawah jumlahnya tidak lebih dari 15 orang dengan anak-anak usia PAUD-TK-SD berjumlah 6 orang, usia SMP-SMA/SMK berjumlah 4 orang, dan beberapa lainnya sudah bekerja dan merantau kuliah.


Mayoritas penduduk Padukuhan Dayaan bermata pencaharian sebagai petani sekaligus peternak. Karena wilayah geografis yang didominasi pegunungan karst, mereka biasanya mulai menanam ketika musim penghujan tiba. Para petani hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air untuk ladang mereka.




Mangsa ketiga atau musim kemarau menjadi musim paceklik bagi para petani. Karena itu, sebagian besar petani memiliki hewan ternak guna menunjang kebutuhan hidup saat musim kemarau tiba. Adapun hewan ternak seperti sapi, kambing, dan ayam menjadi komoditas bagi sebagian besar penduduk Dukuh Dayaan.


Selain berprofesi sebagai petani, ada juga penduduk yang berprofesi sebagai tukang bangunan dan sopir. Ada pula warga yang berwirausaha dengan membuka toko kelontong dan karyawan swasta yang bekerja dari rumah (work from home).




Dayaan memiliki beberapa sarana dan prasarana (sarpras) umum sebagai penunjang kegiatan bagi masyarakat dukuh atau desa setempat. Sarana tersebut berupa Balai Padukuhan, Pos Ronda, Mushola, dan Lapangan Sepakbola.


Balai Padukuhan menjadi sarana yang kerap digunakan untuk berbagai kegiatan masyarakat, seperti Simpan Pinjam (koperasi) ibu-ibu/bapak-bapak, Senam ibu-ibu, hingga Musyawarah/Rapat. Sementara itu, Pos Ronda menjadi tempat srawung bagi bapak-bapak saat malam hari.




Dayaan masih memiliki beberapa tradisi turun-temurun yang masih dilestarikan, seperti Rasulan, Kenduri, Gumbregan, dan Kirim Dowa. Tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah sembari memohon doa supaya ladang mereka selalu subur dan terus menghasilkan serta dihindarkan dari hal-hal yang buruk.

41 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page